Sabtu, 06 November 2010

Akal dan Fenomena

Banyak orang-orang pada zaman sekarang selalu berfikiran yang negative, dalam artian mereka selalu menghubungkan kejadian-kejadian sekarang (bencana) dengan ramalan-ramalan orang –orang terdahulu. Misalnya tentang RAMALAN SUKU MAYA” akan hari akhir. Tapi melihat dari kejadian-kejadian yang semakin lama semakin sesuai dengan ramalan yang ada, bukan tidak mungkin bahwa manusia akan berfikiran dan percaya 100% terhadap RAMALAN SUKU MAYA” tentang hari akhir pada akhir 2012 tersebut, sehingga itu semua akan menyebabkan kemusyrikan.

Disini saya(donati hulu) sebagai penulis akan mengatakan hasil pemikiran saya tentang ini semua.

Pada dasarnya, manusia itu mempunyai akal yang mana akal inilah yang dapat membuat manusia menjadi hebat, terpandang atau ternama apabila manusia itu menggunakan akalnya dengan sangat baik sehingga banyak menghasilkan ide-ide atau ciptaan-ciptaan yang dapat membantu banyak manusia-manusia lain di dalam hidup mereka.
Tapi kebanyakan manusia pada zaman ini, akalnya terpengaruh oleh fenomena-fenomena yang ada dan imanpun tidak kuat, sehingga manusia akalnya mudah sekali dipengaruhi dan fungsi akal disini berkurang, akibatnya rasio, logika menjadi tidak lagi atau mungkin logika menjadi sulit untuk di dapatkan oleh akal.
Suku maya memang boleh meramalkan hal atau kejadian masa depan yang bersifat kehancuran, tapi ingat tak ada yang lebih mengetahui segala sesuatu di dunia ini kecuali sang pencipta itu sendiri, karena dia yang menciptakan dan dia pulalah yang mengetetahui segala sesuatunya, suku maya boleh saya ahli perbintangan, tapi ingatlah bahwa mereka itu hanyalah manusia biasa sama seperti kita, rasullullah saw, saja yang kekasih allah, tidak diberitahu oleh allah kapan terjadinya kiamat, hanya diberitahu  harinya saja yaitu hari jum’at.
Bayangkan rasull saja yang kekasih allah, manusia paling sempurna yaitu Muhammad,saw tidak diberitau tentang kapan terjadinya kiamat apalagi manusia biasa yang tidak dekat dengan allah. Iya kan? Nah, disinilah akal manusia mulai berfikir, gunakan fungsi akal. Mengenai hal-hal datangnya hari kiamat allah telah menjelaskan di dalam alqur’an dengan banyak surah, salah satunya surah al-waaqiah ayat 1-3.
#sŒÎ) ÏMyès%ur èpyèÏ%#uqø9$# ÇÊÈ }§øŠs9 $pkÉJyèø%uqÏ9 îpt/ÏŒ%x. ÇËÈ ×pŸÒÏù%s{ îpyèÏù#§ ÇÌÈ
1.  Apabila terjadi hari kiamat,
2.  Tidak seorangpun dapat berdusta tentang kejadiannya.
3.  (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain),

Artinya allah menjanjikan hari kiamat itu pasti akan datang dan tiba, tidak ada seorangpun yang dapat menyangkal tentang datangnya hari itu, kalau sekarang yang terjadi adalah gunung di yogyakarta meletus, tsunami di mentawai, bahkan gunung anak krakatau yang sekarang sedang mengeluarkan asab beracun. Itu semua kalau saya fikir secara pribadi itu adalah hanya kejadian alam yang jarang terjadi artinya, sebenarnya dahulu kala alam pernah juga melakukan hal seperti itu, Cuma manusia sekarang yang saya bilang tadi yang kurang menggunakan akal untuk berfikir, jadi mereka menghubung-hubungkan suatu kejadian ini dengan ramalan-ramalan. Akibatnya manusia itu menjadi musyrik, astarrfirullahhal adzim,,,

Selasa, 02 November 2010

Sifat-sifat Akad

BAB 11
PEMBAHASAN

-Sifat-Sifat Aqad
Segala rupa tasharruf yang aqad termasuk di dalamnya, mempunyai dua keadaan umum.

1 Akad Tanpa Syarat (Akad Munjiz)
Akad munjiz adalah akad yang diucapkan seseorang, tanpa memberi batasan dengan suatu kaidah atau tanpa menetapkan suatu syarat. Akad seperti ini dihargai syara’sehingga menimbulkan dampak hukum. Contoh, seseorang berkata “saya membeli rumah kepadamu”.lalu di kabulkan oleh seorang lagi, maka berwujudlah akad, serta berakibat pada hukum saat itu juga, yakni pembeli memiliki rumah dan pemilik
mendapatkan uang. Contoh selanjutnya, seseorang mengatakan “saya jual sepeda kepada kawan saya ini”, lalu dikabulkan oleh seorang lagi, maka berwujudlah akad, serta memperoleh hukumannya pada waktu itu juga. Si pembeli memiliki sepeda dan si penjual memiliki uang. Akad semacam ini di namakan akad munajjaz.

2. Akad Bersyarat (Ghair Munjiz)
Akad ghair munjiz ialah akad yang diucapkan seseorang dan dikaitkan dengan sesuatu, yakni apabila syarat dan kaitan itu tidak ada, akadpun tidak jadi, baik dikaitkan dengan wujud sesuatu tersebut atau di tangguhkan pelaksanaannya.
Contohnya seseorang berkata, “saya jual mobil ini dengan harga Rp 40.000.000,- jika di setujui oleh atasan saya.” Atau berkata. “saya jual mobil ini dengan syarat saya boleh memakainya selama sebulan, setelah itu saya akan serahkan kepadamu”.
Akaq ghairul munjiz ada 3 macam:
***Ta’liq
***Taqyid
***Idhafah

a. ta’liq syarat




artinya
menautkan hasil sesuatu urusan dengan urusan yang lain

yakni terjadinya suatu akad bergantung pada urusan yang lain, jika urusan lain tidak terjadi atau tidak ada, akad pun tidak ada. Seperti perkataan seseorang “jika orang yang berhutang pada anda pergi, saya menjamin utangnya”.  
Orang yang akan menangguh utang menyangkutkan kesanggupannya untuk melunasi utang pada perginya orang yang berhutang tersebut. Ta’liq syarat ini memerlukan 2 ungkapan. Ungkapan pertama mengharuskan adanya syarat, seperti dengan kata jika dan kalau. Adapun ungkapan yang kedua itu dinamakan ungkapan jaza atau balasan. Dua ungkapan ini boleh di dahulukan yang mana saja.

b. taqyid syarat




artinya
pemenuhan hukum dalam tasharruf ucapan yang sebenarnya tidak menjadi lazim tasharruf dalam keadaan mutlak

yaitu syarat pada suatu akad atau tasharruf yang hanya berupa ucapan saja sebab pada hakikatnya tidak ada atau tidak mesti dilakukan.
Contoh : orang yang menjual barang dengan syarat ongkos pengangkutannya ditanggung penjual. Penjual mengaku atau berjanji akan memenuhi persyaratan tersebut, yaitu memiliki ongkos. Sebenarnya itu, tidak bersyarat karena akad yang mutlak tidak mengharuskan ongkos angkutan itu dipikul oleh si penjual

c. syarat idhafah
maknanya menyandarkan pada suatu masa yang akan datang




artinya
melambatkan hukum tasharruf qauli kepada masa yang akan datang

sepeti di katakana “saya menjadikan anda sebagai wakil saya mulai awal tahun depan”. Ini contoh syarat idhafah kepada masa yang akan datang. Zaman mustaqbal ini ada kalanya langsung dapat di rasakan sendiri atau terpahami sendiri dari akad. Seperti pada wasiat. Wasiat memberi pengertian bahwa wasiat itu berlaku sesudah yang memberi wasiat itu wafat.
Adapun tabarru’ munjiz yang berlaku langsung ialah seperti hibah dan sedekah.

Perbedaan ta’liq, taqyid, idlafah
Ta’liq menghendaki bahwa syarat yang menjadi ta’liq belum terjadi pada masa itu.
Taqyid, menghendaki bahwa akad itu telah sempurna. Hanya dipikul oleh salah satu pihak apa yang dijadikan qaid, seperti memikul ongkos. Adad telah sempurna, tapi ada suatu hal yang di jadikan qaid yaitu memikul  ongkos.
Idhafah, menyerupai ta’liq dari suatu segi, sama dengan ta’liq, karena hukum akad belum lagi mulai berlaku, dan menyerupai taqyid dari segi yang lain, karena dikatakan “pada bulan muka berlaku sewaan”. Bulan muka itu pasti akan datang berbeda dengan persetujuan yang mungkin akan disetujui.

Sejarah Filsafat Yunani dan Islam

Sejarah  filsafat bermula di pesisir Samudra Mediterania bagian Timur pada 
abad ke-6 SM. Sejak semula filsafat ditandai dengan rencana umat manusia untuk 
menjawab persoalan seputar alam, manusia, dan Tuhan. Itulah sebanya filsafat 
pada gilirannya mampu melahirkan sains-sains besar, seperti fisika, etika, 
matematika dan metafisika yang menjadi batu bata kebudayaan dunia. Ketika 
filsafat bersentuhan dengan Islam maka yang terjadi bahwa filsafat terinspirasi 
oleh pokok-pokok persoalan yang bermuara pada sumber-sumber Wahyu Islam. Semua 
filosof muslim seperti al Kindi, al Farabi, Ibn Sina, Mulla Sadra, Suhrawardi 
dan lain sebagainya hidup dan bernafas dalam realitas al Quran dan Sunnah. 
Kehadiran al Quran dan Sunnah telah mengubah pola berfilsafat dalam konteks 
Dunia Islam. Realitas dan proses penyampaian al Quran merupakan perhatian utama 
para pemikir Islam dalam melakukan kegiatan berfilsafat.
Pada masa kejayaannya, kaum Muslimin dengan tulus dan percaya diri telah menyerap berbagai ragam budaya lain sebagai hasil interaksinya dengan bangsa-bangsa bukan Arab, terutama setelah pembebasan (futuhat) daerah-daerah di sekeliling jazirah Arabia. Penduduk di kawasan-kawasan yang dibebaskan itu meliputi Spanyol di Barat sampai Persia di Timur. Mereka tidak dipaksa memeluk Islam, karena ajaran Islam melarang penyebaran agama secara paksa. Sebagian besar daerah itu memang kemudian mengalami Islamisasi, akan tetapi berlangsung dengan lambat dan dengan cara damai. Di bawah pemerintahan kaum Muslimin yang menganut toleransi agama yang tinggi, di semua kawasan selalu terdapat daerah-daerah yang dihuni oleh minoritas non muslim, terutama orang-orang Keristen dan Yahudi.

Abraham S. Halkin dalam bukunya The Judeo-Islamic Age, The Great Fusion mengakui dengan jujur bahwa orang-orang Arab, sekalipun menjadi pemenang secara militer dan politik akan tetapi tidak memandang peradaban negeri-negeri yang mereka taklukkan dengan sikap menghina. Kekayaan budaya-budaya Syria, Persia, dan Hindu mereka salin ke dalam bahasa Arab segera setelah mereka temukan. Penerjemahan buku ke dalam bahasa Arab merupakan kebijaksanaan langsung dari para Khalifah dari dinasti Abasiyah. Dimulai oleh Khalifah Abu Jafar Al Manshur (754-774 M), program tersebut diteruskan oleh pengganti-penggantinya dan berpuncak pada masa pemerintahan Khalifah Ma'mun (813-833 M).

Buku-buku yang terlebih dahulu diterjemahkan ialah Logika, kemudian diikuti oleh Teologi, Etika dan Psikologi. Prioritas penerjemahan buku Logika didasarkan kepada dua hal. > Pertama, karena pada saat itu sering berlangsung perdebatan agama dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani. Untuk bahan perdebatan tersebut kaum Muslimin merasa perlu memahami Logika Yunani, agar argumentasi dapat disampaikan dengan sebaik-baiknya. > Kedua, karena banyaknya orang-orang Persia yang masuk Islam. Mereka ini sebelumnya telah mempelajari Filsafat Yunani terutama Logika. Dengan penyebaran filsafat Yunani ini maka terasa pengaruh cara berpikir mereka di kalangan cendekiawan Muslim pada saat itu, terutama di lingkungan para filosof dan juga ahli Ilmu Kalam. Pada waktu itu filsafat merupakan salah satu pengetahuan yang sama dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya seperti Kimia, Astronomi dan sebagainya, yang termasuk ilmu ‘umum’ (aqliyah) di luar ilmu ‘agama’ (naqliyah).

Buku-buku filsafat yang diterjemahkan cukup banyak. Di antaranya dan terutama adalah buku-buku karangan Plato, Aristoteles, dan buku-buku dari para filosof Neo Platonis terutama karangan Plotinus. Buku Plato mencakup pembicaraan tentang syarat-syarat pengetahuan yang benar, untuk membedakannya dengan pengetahuan yang salah, pembicaraan tentang fisika, tentang psikologi dan etika, dan tentang politik. Yang paling berpengaruh di kalangan filosof muslim adalah karangan Aristoteles, terutama Logika. Karena itu kemudian berkembang Ilmu Mathiq di kalangan kaum Muslimin, yang berdasarkan sylogisme ajaran filsuf Yunani ini; nama lengkap ilmu ini adalah Al Manthiq Al Aristhi. Di samping itu disebarluaskan pula buku-buku Aristoteles tentang fisika, etika, dan metafisika. Atas tulisan filosof ini banyak buku-buku yang dibuat oleh pengarang Muslim, baik yang berupa komentar, ulasan maupun kritik.

Meskipun sebenarnya filsafat adalah pengetahuan yang asing bagi bangsa Arab, tetapi ternyata diterima dengan baik pada abad-abad permulaan. Memang kemudian terjadi penolakan oleh ahli pikir Islam, namun itu baru pada abad ke-4 H (masa Imam Al Asy'ari), atau bahkan abad ke-5 H (masa Al Ghazali). Sedangkan penerjemahan buku-buku filsafat berlangsung sejak abad ke-3 atau sebelumnya. Dengan demikian lebih satu abad lamanya pikiran-pikiran Yunani berpengaruh besar kepada kaum Muslimin. Ini disebabkan karena buah pikiran Yunani tersebut, terutama Logika, dianggap sangat bagus bahkan cukup mengagumkan untuk membuka wawasan dan jalan berpikir untuk memahami berbagai pengetahuan baru, dan untuk menangkap kebenaran agama dengan nuansa yang seluas-luasnya.

Maka wajarlah bahwa yang paling berperan dalam pengembangan pikiran Yunani ini adalah kaum Mu'tazilah(mereka banyak mengandalkan akal pikiran dalam memahami agama), dan para filosof Islam. Meskipun kemudian para tokoh Mu'tazilah ternyata tidak mau masuk terlalu dalam di dunia filsafat karena anggapan bahwa tugas utama mereka adalah di bidang agama. Sehingga yang benar-benar berkecimpung di bidang ini adalah para filosuf.

Meskipun para filosof menaruh kekaguman kepada Plato, Aristoteles dan yang lain, pemikiran mereka itu tidak diterima mentah-mentah. Berbagai ulasan dan kritik dilontarkan terhadap kejanggalan-kejanggalan yang ada pada pemikiran filosof Yunani, terutama yang berkenaan dengan aqidah. Di antara kritik yang mashur adalah yang ditulis Al Farabi dengan judul Al Jam'u bainal Ra'yai al Hakimain (Perpaduan antara dua filosof; Plato dan Aristoteles).

Orang yang dianggap sebagai filosof Islam pertama adalahAl Kindi yang nama aslinya adalah Abu Yusuf bin Ishak (806-873 M). Keturunan Arab asli ini adalah anak Gubernur Kufah pada masa pemerintahan Al Mahdi dan Harun Al Rasyid. Dia memperoleh kedudukan yang tinggi pada pemerintahan Al Ma'mun dan Ahmad, bahkan menjadi guru khalifah tersebut. Dengan sponsor Khalifah dia menjadi pelopor penerjemahkan buku-buku asing. Al Kindi dalam risalahnya mengemukakan kebaikan-kebaikan filsafat, untuk menjawab pandangan sebagian ulama yang mengganggap ilmu itu berasal dari orang-orang kafir dan hanya meluruskan jalan menuju kekufuran.

Menurut Al Kindi filsafat justru merupakan ilmu yang tidak bisa ditinggalkan oleh setiap orang yang berpikir. Filsafat adalah ilmu untuk memahami sesuatu kebenaran menurut kemampuan manusia, yang mencakup ilmu Ketuhanan dan Keesaan (wahdaniyah), dan ilmu keutamaan (fadhilah). Dengan demikian filsafat mempelajari semua yang berguna dan cara memperolehnya. Jadi tujuan filsafat bersifat teori, yaitu memperoleh kebenaran, dan bersifat praktis yakni mewujudkan kebenaran itu dalam bentuk perbuatan. Semakin dekat seseorang kepada kebenaran, semakin dia mendekati kesempurnaan.

Meskipun tidak mempunyai sistem filsafat sendiri, dan karena itu tidak bisa disebut sebagai pendiri filsafat Islam, Al Kindi sangat berjasa dalam merintis masuknya filsafat dalam dunia Arab. Dia menggunakan istilah-istilah Arab untuk mengganti kata-kata Yunani dengan definisi yang ringkas tetapi tepat. Dia melakukan telaah dalam bidang Matematika, Fisika, Psikologi, dan Ketuhanan dengan berangkat dari pemikiran Yunani namun tetap mempertahankan kepribadian sendiri. Dia tidak sekedar meneruskan pemikiran Plato dan Aristoteles akan tetapi memilih yang sesuai dengan pemikiran dan keyakinan Islam.

Orang yang dipandang sebagai pelopor Filsafat Islam adalah Al Farabi (870 - 950 M). Nama aslinya Abu Nashr Muhammad bin Muhammad bin Tharkhan. Ayahnya orang Iran dan ibunya orang Tukeshtan. Ketika remaja Al Farabi bermukim di Baghdad, pusat pemerintahan dan ilmu pengetahuan pada masa itu. Pernah berguru di Harran, pusat kebudayaan Yunani di Asia kecil tetapi kemudian kembali ke Baghdad. Selama 30 tahun di kota itu dia mendalami, mengajar, menulis buku-buku, dan mengulas filsafat. Al Farabi telah mampu menciptakan mazhab filsafat yang khas, dan menjadi guru atau acuan bagi para filsuf yang kemudian seperti Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd. Masyarakat menggelarinya ‘guru kedua’. Sedangkan yang dipandang sebagai ‘guru pertama’ adalah Aristoteles. Tulisan Al Farabi banyak diterjemahkan ke dalam bahasa lain, terutama Ibrani.

Sayang sekali karangan-karangan filsuf itu kebanyakan berupa makalah pendek sehingga tidak terlalu dikenal. Filsafat Al Farabi merupakan campuran antara filsafat Aristoteles dan Neo Platonisme dengan pemikiran Islam dari aliran Syi'ah Imamiah. Dia sangat percaya kepada ketunggalan filsafat, karena baginya kebenaran itu satu. Perbedaan pendapat dan aliran hanyalah sesuatu yang nampak di permukaan. Sedangkan hakekat kebenaran hanya diketahui oleh orang-orang tertentu. Dengan pandangan dasar seperti itu dia selalu berusaha untuk memadukan aliran yang bermacam-macam itu. Bahkan dia berusaha mempertemukan filsafat yang merupakan buah pikiran manusia itu dengan wahyu. Apabila wahyu tidak bisa dipahami dengan akal (yang dikembangkan dengan filsafat), maka dia memaknai wahyu tersebut dengan ta'wil (tidak dengan makna harfiah atau yang tersurat akan tetapi dengan makna yang tersirat).

Filsuf Islam yang berikutnya adalah Ibnu Sina (980-1037 M). Dia dilahirkan dan dibesarkan di Bukhara. Pada masa kecilnya ia belajar Al Qur’an dan Astronomi, kemudian Matematika, Fisika, Logika dan Metafisika. Sesudah itu memperlajari ilmu kedokteran sehingga dikenal sebagai seorang dokter yang pandai. Karena keberhasilannya menyembuhkan para penguasa negeri, Ibnu Sina berkesempatan mempelajari ilmu di perpustakaan-perpustakaan yang tertutp bagi orang kebanyakan.

Dalam masa hidup yang singkat, dan di tengah kesibukan berpolitik yang padat, Ibnu Sina ternyata berhasil menulis buku-buku yang sangat bagus. Di antaranya yang paling terkenal adalah Asy Syifa. Buku ini terdiri atas uraian tentang Logika, Fisika, Matematika, dan Metafisika. Di samping itu dia juga menulis Al Qonun tentang ilmu kedokteran, dan buku filsafat yang terakhir Al Isyarat wal Tanbihat. Buku-buku Ibnu Sina sangat terkenal dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Bahkan Al Qonun menjadi buku rujukan universitas-universitas di Eropa sampai dengan akhir abad ke-17.

Masa kegemilangan Filsafat Islam mengalami penurunan yang tajam ketika muncul pemikir besar Al Ghazali (1058-1111 M). Dia dilahirkan di Gazalah, dekat kota Tus yang waktu itu merupakan salah satu pusat ilmu pengetahuan Islam. Pendidikannya dimulai dengan belajar Al Qur’an kepada ayahnya sendiri, kemudian kepada beberapa guru yang di antaranya adalah para Sufi besar. Lapangan ilmu yang didalaminya cukup luas yakni Ilmu Fiqh, Ilmu Kalam, Manthiq, Filsafat, dan Tasauf.

Pada masa pematangannya dia belajar di Madrasah Nizamiyah di Nisabur, yang dipimpin oleh ulama besar Al Haramain Al Juwaini, seorang penganut Asy'ariyah. Al Ghazali kemudian menggantikan tugas gurunya tersebut. Lebih dari 100 buku yang telah ditulisnya, meliputi berbagai bidang ilmu. Di antaranya yang sangat terkenal adalah Ihya ‘Ulumuddin dan Al Munqidz min ad Dholal, yang membicarakan aneka masalah keagamaan. Dalam bidang filsafat dia menulis dua buku yakni Maqosid al Falasifah(Tujuan para Filsuf), dan Tahafut al Falasifah. (Kesalahan para Filsuf). Buku-buku ini melancarkan kritik yang keras terhadap filsafat dan para filosof.

Al Ghazali memang pernah mengalami keraguan yang besar dalam hati karena syak terhadap apa yang telah dipelajarinya. Dia mulai tak percaya kepada pengetahuan inderawi karena ternyata bahwa indera itu sering kali salah. Kemudian dia mencoba mempercayai akal akan tetapi ternyata akal juga sering keliru. Kemudian dia menempuh jalan tasauf untuk memperoleh kebenaran dan jalan inilah yang bagi Al Ghazali mendatangkan kepuasan sejati. Proses itu ditulisnya dalam Al Munqidz min ad Dholal. Terhadap filsafat dia menyatakan penolakan yang keras. Pemikirannya itu dituangkan dalam Maqosid al Falasifah, kemudian ditegaskannya lagi dalam Tahafut al Falasifah. Al Ghazali mengemukakan sepuluh kesalahan falsafah, tiga di antaranya dianggapnya sebagai pembawa kekufuran.

Tiga hal tersebut adalah pendapat bahwa alam ini qadim(terdahulu, tidak berawal), bahwa Tuhan tidak mengetahui rincian-rincian, dan bahwa kebangkitan di hari Kiamat nanti hanyalah kebangkitan ruh, tidak ada kebangkitan jasmani. Pada pokoknya Al Ghazali berpendapat bahwa pikiran-pikiran tersebut menyesatkan, karena umat akan mengecilkan arti Tuhan, yang sama qadim-nya dengan alam, yang tidak mengetahui hal-hal yang rinci. Selain itu menurut Al Ghazali, pendapat itu jelas bertentangan dengan nash Al Qur’an.

Karena kritik-kritiknya yang pedas terhadap filsafat, maka orang berbeda pendapat tentang apakah Al Ghazali seorang filsuf atau bukan. Namun faktanya ialah Al Ghazali tetap menggunakan logika dan cara berfikir filsafat untuk menyerang apa yang disebutnya sebagai sepuluh kesalahan filsafat. Dia juga tetap menggunakan berbagai argumen filsafat untuk masalah keagamaan lainnya. Pengaruh Al Ghazali ternyata sangat besar di kalangan ummat Islam, dan tetap terasa sampai sekarang. Keterangannya yang disertai argumen logis dan mudah dimengerti, menjadikan pemikirannya sangat populer sampai ke lapisan awam.

Para pemikir generasi sesudahnya banyak mengritik Al Ghazali sebagai penyebab kemunduran Islam, karena dia telah menciptakan suasana anti filsafat, yang berarti menolak berpikir secara mendalam. Akan tetapi para pendukungnya menyatakan bahwa Al Ghazali hidup justru di tengah kelesuan yang diakibatkan karena orang tidak lagi menghayati jiwa ajaran Islam. Orang disibukkan hanya untuk melakukan ibadah ritual tanpa memahami maknanya, atau disibukkan oleh pertentangan pendapat yang tidak ada habis-habisnya tentang masalah yang tidak ada nilai kegunaannya. Oleh karena itulah dia bekerja keras untuk menghidupkan kembali semangat Islam, antara lain melalui bukunya Ihya 'Ulumuddin.

Kritik Al Ghazali terhadap filsafat tentu saja tidak diterima dengan suka rela oleh para filsuf. Serangan balik dilakukan terutama oleh Ibnu Rusyd (1261-1198 M). Filsuf ini bernama asli Abdul Walid Muhammad bin Ahmad ibnu Rusyd. Dia dilahirkan di Cordova dari keluarga hakim yang mempunyai kedudukan tinggi. Pada mulanya dia memperoleh kedudukan yang baik pula di bawah Khalifah Abu Yusuf Al Manshur, bahkan dianggap sebagai ‘Raja Segala Pikiran’ karena pendapatnya diikuti oleh semua orang. Akan tetapi kemudian dia dipenjarakan sebagai akibat fitnah yang dilancarkan orang-orang yang tidak suka filsafat. Karena pembelaan para penganutnya dia kemudian dibebaskan tetapi tidak lama kemudian terkena fitnah lagi dan diasingkan ke Maroko.

Filsuf ini merupakan pengagum Aristoteles dan dikenal sebagai pengulas Aristoteles yang paling terkemuka. Hasil karyanya yang membela filsafat antara lain Tahafut al Tahafut yang menguraikan kesalahan Al Ghazali dalam bukunya Tahafut al Falasifah. Bukunya yang lain Bidayatul Mujtahid mempunyai nilai sangat tinggi di bidang Ilmu Fiqh. Pada masa Ibnu Rusyd ini pemikiran-pemikiran Aristoteles ‘dimurnikan’ dari pengaruh Neo Platonisme dan memperoleh penerimaan yang paling baik di kalangan cendekiawan Islam. Akan tetapi setelah itu kemudian merosot bersamaan dengan merosotnya pengaruh filsafat, dan untuk masa yang sangat panjang tidak bangkit kembali. [Sakib Machmud]

Al-Farabi berkata: Failusuf adalah orang yang menjadikan seluruh kesungguhan dari kehidupannya dan seluruh maksud dari umurnya mencari hikmah yaitu mema'rifati Allah yang mengandung pengertian mema'rifati kebaikan.

Ibnu Sina mengatakan, hikmah adalah mencari kesempurnaan diri manusia dengan dapat menggambarkan segala urusan dan membenarkan segala hakikat baik yang bersifat teori maupun praktik menurut kadar kemampuan manusia.

Telah disebutkan bahwa objek filsafat adalah menelaah hakikat tentang Tuhan, tentang manusia dan tentang segala realitas yang nampak di hadapan manusia. Ada beberapa persoalan yang biasa dikedepankan dalam mencari objek filsafat meskipun akhirnya tidak akan lepas dari ketiga hal itu, yaitu:
  Dari apakah benda-benda dapat berubah menjadi lainnya, seperti perubahan oksigen dan hidrogen menjadi air?
  Apakah jaman itu yang menjadi ukuran gerakan dan ukuran wujud semua perkara?
  Apakah bedanya makhluk hidup dengan makhluk yang tidak hidup?
  Apakah ciri-ciri khas makhluk hidup itu?
  Apa jiwa itu? Jika jiwa itu ada, apakah jiwa manusia itu abadi atau musnah?
  Dan masih ada lagi pertanyaan-pertanyaan lain.


Menyambut Kedatangan Kiamat

Maksiat menyebabkan Gempa, Banyak Gempa di Akhir Zaman, Banyak Maksiat di Akhir Zaman, Imam Mahdi muncul saat dunia puncak-punyaknya maksiat dan kezhaliman, Imam Mahdi muncul ketika banyaknya perselisihan antar manusia dan banyaknya gempa.
Gempa rahmat bagi orang yang shaleh, pengurangan dosa, penghilang siksa, penyebab khusnul khatimah sebagai syuhada. Gempa adzab bagi orang berdosa, dan peringatan bagi yang masih hidup agar segera bertaubat dan ingat kepada Allah
أُبَشِّرُكُمْ بِالْمَهْدِيِّ يُبْعَثُ فِي أُمَّتِي عَلَى اخْتِلَافٍ مِنْ النَّاسِ وَزَلَازِلَ فَيَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلًا كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا
“Aku kabarkan berita gembira mengenai Al-Mahdi yang diutus Allah ke tengah ummatku ketika banyak terjadi perselisihan antar-manusia dan gempa-gempa.  Ia akan memenuhi bumi dengan keadilan dan kejujuran sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kese-wenang-wenangan dan kezaliman.” (Ref:6) (HR Ahmad)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Akan terjadi di akhir zaman penenggalaman bumi, hujan batu, dan pengubahan rupa, apabila musik dan biduanita telah merajalela dan khamr telah dianggap halal.”(HR. Tirmidzi (2212) Al-Fitan dan hadits ‘Imran bin Hushain, Ibnu Majah (4060) Al-Fitan dari Sahl bin Sa’d, dan Thabrani dalam Mu’jamul-Ausath. Hadits ini Shahih)
Diriwayatkan pula oleh Ibnu Majah dari ‘Abdullah, dengan redaksi, “Menjelang hari kiamat akan terjadi pengubahan rupa, penenggalaman bumi dan hujan batu.” (HR. Ibnu Majah (4059) dalam Al-Fitan)
Hadist ini dikuatkan oleh riwayat Aisyah yang dikeluarkan oleh Tirmidzi (Ref:3)
Telah bersabda Rasulullah saw, “Menjelang hari kiamat akan terjadi kematian masal dan tahun-tahun gempa bumi.” (HR Ahmad (4, 104) Shahih, begitu juga halnya bagi Abu Ya’la Al Mausuli dan Ad Darami). (Ref:4)
Tidak akan datang Qiyamat sehingga banyak sekali gempa bumi.”( Shahih Bukhari. Kitab Al-Fitan 13:81-82).(Ref:10)
Penyebab Gempa secara syari’at yang menyebabkan bumi menguncangkan tubuhnya dengan cara menjalankan lempengan bumi di atas magma sehingga berguncang menyebabkan gempa. Setiap orang yang beriman wajib meyakini adanya sebab yang menyebabkab akibat. Begitu juga ketika terjadi gempa, maka ada sebabnya yang membuat Allah menggerakkan lempengan bumi yang bagaikan kulit jeruk, sedangkan isi jeruk tersebut adalah magmanya. Menurut KH. Prof. Didin Hafiduddin pada saat Khutbah Jumat kira-kira seperti ini, “Seorang ilmuan yang hanya meyakini bahwa gempa adalah hanya fenomena alam karena lempengan bergerak tanpa mengimani bahwa itu karena Allah yang memerintahkan, maka itu adalah pemahaman yang sekuler.”
Berikut 4 hal penyebab gempa dari buku karya Ibnul Qayyim tentang Penyakit dan Obat:
1. Ibnu Abi Dunia menyebutkan dari Anas ibn Malik bahwa ia bersama seseorang telah mendatangi Ummul Mu’minin Aisyah. Orang itu berkata kepada Ummul Mu’minin Aisyah, “Ya Ummul Mu’minin, ceritakan kepadaku tentang gempa (kegoncangan bumi)!” Aisyah pun menuturkan, “Bila mereka telah membolehkan zina, bila mereka minmum khamr dan memukul genderang. Allah memantau dari tempat-Nya seraya berfirman kepada bumi, “Bergoncanglah engkau bumi, goncangkan mereka hingga mereka bertaubat dan menghentikan perbuatan itu, atau mereka dihancurkan!” Orang tersebut bertanya, “Ya Ummul Mu’minin adalah siksa atas mereka?” Aisyah berkata, “Betul, sebagai peringatan dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan siksa bagi orang-orang yang kafir.” Kemudian Anas mengatakan bahwa ia tidak pernah mendengar hadist seperti itu sesudah Rasulullah. (ref: 1)
2. Ibn Abi Dunia menceritakan sebuah hadist mursal (yang diceritakan oleh seorang) bahwa bumi bergoncang pada zaman Rasulullah saw. Beliau meletakkan tangannya di atas bumi lalu berkata, “Tenanglah. Sesungguhnya belum datang waktunya kepadamu.” Lalu beliau menoleh kepada para sahabatnya seraya bersabda, “Sesungguhnya Allah memintamu kembali dari kejelekkan kepada kebaikan. Kembalilah kalian.” Lalu terjadi goncangan ini kecuali karena sesuatu yang kalian bicarakan. Demi Allah, kalau bumi kembali menggoncang, aku tidak akan menghuni tempat tersebut bersama kalian.” (ref:1)
3. Ka’ab berkata, “Bumi berguncang kalau orang berbuat maksiat dan membuat takut sekelompok orang kepada Allah.”
4. Umar ibn Abdul Aziz menulis surat ke berbagai negara. “Sesungguhnya gempa muncul karena sesuatu. Dengannya, Allah memperingatkan hamba-hamba-Nya. Aku kirim surat perintahke berbagai negeri agar kalian keluar pada hari ini dan hari ini, pada bulan ini dan bulan ini. Siapa yang mempunyai sesuatu hendaklah mengeluarkan sedeqah
Gempa merupakan bagian dari fitnah/bencana/adzab yang tidak menimpa khusus hanya kepada orang zhalim saja, tapi terhadap semua orang termasuk orang yang sholeh. Sebagaimana dalam tafsir Ibnu Katsir sebagai berikut (ref:2):
وَٱتَّقُواْ فِتۡنَةً۬ لَّا تُصِيبَنَّ ٱلَّذِينَ ظَلَمُواْ مِنكُمۡ خَآصَّةً۬‌ۖ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ
Dan peliharalah dirimu dari fitnah yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zhalim semata di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksa-Nya. (QS Al Anfal : 25)
Allah Ta’ala menyuruh hamba-hamba-Nya yang beriman agar waspada terhadap ujian dan cobaan yang berlaku merata kepada orang yang jahat dan selainnya. Ujian itu tidak hanya diberlakukan kepada pelaku kemaksiatan dan pelaku dosa langsung, namum meliputi keduanya secara tidak dapat dicegah dan dihilangkan. Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas ketika menafsirkan ayat ini dengan, ‘Allah menyuruh kaum mukminin agar jangan membiarkan orang mungkar di tengah-tengah mereka, maka nanti azab akan meliputi mereka.’ Penafsiran ini bagus sekali. Sehubungan dengan Firman Allah Ta’ala, “Dan peiharalah dirimu dari fitnah yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim semata di antara kamu”, Mujahid berkata, “Fitnah itu pun bagi kamu.”
Ayat ini diturunkan sehubungan dengan paras sahabat Rasulullah saw. dan selainnya. Pendapat yang mengatakan bahwa perintah waspada ini ditujukan kepada para sahabat dan selainnya, walaupun sapaan ditujukan kepada sahabat, maka inilah penafsiran yang benar. Kebenarannya ini didukung oleh sejumlah hadist yang berkenaan dengan perintah waspada dari fitnah. Di antara hadist yang lebih spesifik mengenai hal itu yang dapat dikemukakan di sini ialah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Hudzaifah bin al-Yaman bahwasanya Rasulullah saw. bersabda (377), “Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, hendaklah kamu meynuruh kepada kema’rufan dan hendaklah melarang dari kemungkaran, atau Allah nyaris mengirimkan kepadamu siksa dari siksa-Nya, lalu Dia tidak memperkenankan doamu.”
Imam Ahmad meriwayatkan pula dari Hudzaifah, dia berkata, “Jika ada seseorang menuturkan beberapa kalimat di zaman Rasulullah saw. sedang dia tidak mengerjakannya, maka jadilah dia seorang munafik. Sungguh aku mendengar sebuah kalimat dari seorang di antara kamu pada suatu majelis yang diulang empat kali. Kalimat itu adalah, “Demi yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, hendaklah kamu menuruh kepada ma’ruf, dan mencegah kemungkaran, atau Allah menimpakan azab kepada kamu semua, lalu kamu berdoa, namun doa kalian tidak dikabulkan.” (HR. Ahmad)
Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Ummi Salamah, istri Nabi saw. berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda (378), “Jika kemaksiatan merajalela pada umatku, maka Allah akan meliputi mereka dengan azab dari sisi-Nya.” Aku (Ummi Salamah) berkata, “Wahai Rasulullah, bukankah di tengah-tengah mereka ada orang-orang yang shaleh?” Beliau menjawab, “Benar.” Dia berkata, “Lalu, bagaimana dengan mereka?” Beliau bersabda, “Apa yang menimpa khalayak menimpa juga atas orang shaleh. Kemudian orang shaleh kembali kepada ampunan dan keridhaan dari Allah.”(Ref:2)  (HR. Ahmad)
Dari Jabir bin Atik secara marfu’, “Para syuhada ada tujuh; mati terbunuh di jalan Allah, karena penyakit kolera adalah syahid, mati tenggelam adalah syahid, karena penyakit busung lapar adalah syahid, karena penyakit perut keracunan adalah syahid, karena terbakar adalah syahid, dan yang mati karena tertimpa reruntuhan adalah syahid, serta wanita yang mati pada saat mengandung adalah syahid. “ (Ref: 5) (HR Imam Malik, Abu Dawud, An-Nasa’i, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sebagian umatku yang dirahmati, mereka tidak dihisab dan tidak disiksa sama sekali di akhirat, siksa yang pernah dialaminya adalah pembunuhan, gempa, dan fitnah-fitnah.” (HR. Hakim, disahihkan dan disepakati oleh Dzahabi. Dishahihkan pula oleh Albani)
Berikut kutipan dari Buku Umur Ummat Islam, Kedatangan Imam Mahdi & Munculnya Dajjal, Hal: 233-234:
Saat ini bukanlah hal yang tersembunyi lagi pada zaman ini berita tentang gempa bumi selalu berdengung di telinga kita yang menimpa banyak tempat atau ia terjadi di tempat yang dekat dari tempat kita.
Pada bulan Mei 1997 telah terjadi beberapa gempa bumi yang menghancurkan di Iran yang berpusat dari daerah “Khurasan”, gempa tersebut menewaskan ribuan jiwa dan membuat puluhan ribu penduduk mengungsi karena gempa tersebut menghancurkan keseluruhan  desa-desa di sana. Sedangkan semenjak 7 tahun yang lalu terjadi pula beberapa gempa bumi yang menghancurkan di lokasi yang sama yang tidak kalah kerasnya dalam menelan korban di mana ia menewaskan 35.000 jiwa dan menghancurkan sekitar 40 desa. Dan yang mengherankan kita adalah bahwa pusat kejadian gempa bumi ini terletak di daerah “Khurasan”, yang mana ia adalah tempat yang dikabarkan oleh Rasulullah saw sebagai tempat keluarnya “Al Masihuddajjal.
Di Mesir akhir-akhir ini selalu terjadi gempa bumi 2 kali dalam setahun, sedangkan dalam waktu yang tidak lama sebelum ini tidak pernah mengenal gempa di Mesir dan orang Mesir tidak pernah tahu apa itu gempa? Akan tetapi para ahli geologi Mesir saat ini menyatakan bahwa, “Bumi sekarang ini selalu bergetar.”
Berikut kutipan dari buku Fitnah & Petaka Akhir Zaman hal 74:
Kecanggihan teknologi yang dimilik oleh manusia modern tidak sanggup menyelesaikan bencana ini. Gempa terjadi pada tahun 1995 di Kobe adalah sebuah contoh bagi mereka yang suka berfikir bahwa teknologi akan memungkinkan untuk mengendalikan alam. (Akan dikenang bahwa gempa ini datang dengan tanpa diprediksi pada pusat industri dan transportasi terbesar di Jepang. Meskipun faktanya hanya berlangsung selama 20 detik, sebagaimana dilaporkan oleh majalah Time, gempa tersebut mengakibatkan kerusakan senilai 100 miliyar dollar).
Dalam beberapa tahun terakhir ini, gempa-gempa besar terjadi berulang kali menjadu suatu hal yang paling menakutkan bagi manusi di seluruh dunia. Bila kita lihat pada data yang dikumpulkan oleh American National Earthquake Information Center untuk tahun 1999, kita dapati bahwa 20.832 gempat terjadi di suatu tempat di dunia. Menyebabkan sekitar 22.711 orang kehilangan nyawa. (Pusat informasi Gempa Bumi Badan Nasional Survei Geolgi Amerika Serikat, “Earthquake Facts and Statistic” 2000, http://www.neic.crusgs.gov/neis/eqlists/eqstats.html )
Peristiwa yang masih segar dalam ingatan adalah gempa di Pakistan yang menewaskan lebih dari 50.000 penduduknya, juga gempa tsunami di Aceh yang menewaskan lebih dari 200.000 jiwa.
Berikut daftar gempat yang terjadi dari wikipedia:
·                     30 September 2009, Gempa bumi Sumatera Barat merupakan gempa tektonik yang berasal dari sesar geser semangko, gempa ini berkekuatan 7,6 Skala Richter mengguncang Padang-Pariaman, Indonesia. Menyebabkan sedikitnya 1.100 orang tewas dan ribuan terperangkap dalam reruntuhan bangunan.
·                     2 September 2009, Gempa Tektonik 7,3 Skala Richter mengguncang Tasikmalaya, Indonesia. Gempa ini terasa hingga Jakarta dan Bali, berpotensitsunami. Korban jiwa masih belum diketahui jumlah pastinya karena terjadiTanah longsor sehingga pengevakuasian warga terhambat.
·                     12 September 2007  Gempa Bengkulu dengan kekuatan gempa 7,9 Skala Richter
·                     9 Agustus 2007  Gempa bumi 7,5 Skala Richter
·                     6 Maret 2007 – Gempa bumi tektonik mengguncang provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Laporan terakhir menyatakan 79 orang tewas [3].
·                     27 Mei 2006 – Gempa bumi tektonik kuat yang mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 kurang lebih pukul 05.55 WIB selama 57 detik. Gempa bumi tersebut berkekuatan 5,9 pada skala Richter. United States Geological Survey melaporkan 6,2 pada skala Richter; lebih dari 6.000 orang tewas, dan lebih dari 300.000 keluarga kehilangan tempat tinggal.
·                     8 Oktober 2005  Gempa bumi besar berkekuatan 7,6 skala Richter di Asia Selatan, berpusat di Kashmir, Pakistan; lebih dari 1.500 orang tewas.
·                     26 Desember 2004  Gempa bumi dahsyat berkekuatan 9,0 skala Richter mengguncang Aceh dan Sumatera Utara sekaligus menimbulkan gelombangtsunami di samudera Hindia.
·                     26 Desember 2003 – Gempa bumi kuat di Bam, barat daya Iran berukuran 6.5 pada skala Richter dan menyebabkan lebih dari 41.000 orang tewas.
·                     21 Mei 2002 – Di utara Afganistan, berukuran 5,8 pada skala Richter dan menyebabkan lebih dari 1.000 orang tewas.
·                     26 Januari 2001  India, berukuran 7,9 pada skala Richter dan menewaskan 2.500 ada juga yang mengatakan jumlah korban mencapai 13.000 orang.
·                     21 September 1999  Taiwan, berukuran 7,6 pada skala Richter, menyebabkan 2.400 korban tewas.
·                     17 Agustus 1999 – barat Turki, berukuran 7,4 pada skala Richter dan merenggut 17.000 nyawa.
·                     25 Januari 1999 – Barat Colombia, pada magnitudo 6 dan merenggut 1.171 nyawa.
·                     30 Mei 1998 – Di utara Afganistan dan Tajikistan dengan ukuran 6,9 pada skala Richter menyebabkan sekitar 5.000 orang tewas.
·                     17 Januari 1995 – Di Kobe, Jepang dengan ukuran 7,2 skala Richter dan merenggut 6.000 nyawa.
·                     30 September 1993 – Di Latur, India dengan ukuran 6,0 pada skala Richter dan menewaskan 1.000 orang.
·                     12 Desember 1992 – Di Flores, Indonesia berukuran 7,9 pada skala richter dan menewaskan 2.500 orang.
·                     21 Juni 1990 – Di barat laut Iran, berukuran 7,3 pada skala Richter, merengut 50.000 nyawa.
·                     7 Desember 1988 – Barat laut Armenia, berukuran 6,9 pada skala Richter dan menyebabkan 25.000 kematian.
·                     19 September 1985 – Di Mexico Tengah dan berukuran 8,1 pada Skala Richter, meragut lebih dari 9.500 nyawa.
·                     16 September 1978 – Di timur laut Iran, berukuran 7,7 pada skala Richter dan menyebabkan 25.000 kematian.
·                     4 Maret 1977 – Vrancea, timur Rumania, dengan besar 7,4 SR, menelan sekitar 1.570 korban jiwa, diantaranya seorang aktor Rumania Toma Caragiu, juga menghancurkan sebagian besar dari ibu kota Rumania,Bukares (Bucureşti).
·                     28 Juli 1976 – Tangshan, Cina, berukuran 7,8 pada skala Richter dan menyebabkan 240.000 orang terbunuh.
·                     4 Februari 1976 – Di Guatemala, berukuran 7,5 pada skala Richter dan menyebabkan 22.778 terbunuh.
·                     29 Februari 1960 – Di barat daya pesisir pantai Atlantik di Maghribi pada ukuran 5,7 skala Richter, menyebabkan kira-kira 12.000 kematian dan memusnahkan seluruh kota Agadir.
·                     26 Desember 1939 – Wilayah Erzincan, Turki pada ukuran 7,9, dan menyebabkan 33.000 orang tewas.
·                     24 Januari 1939 – Di Chillan, Chile dengan ukuran 8,3 pada skala Richter, 28.000 kematian.
·                     31 Mei 1935 – Di Quetta, India pada ukuran 7,5 skala Richter dan menewaskan 50.000 orang.
·                     1 September 1923 – Di Yokohama, Jepang pada ukuran 8,3 skala Richter dan merenggut sedikitnya 140.000 nyawa.
Walaupun gempa bumi secara lahiriyah mempunyai aspek alami yang ilmiah tetapi secara syari’at ia merupakan tanda dari Allah untuk memberikaan peringatan kepada hamba-Nya sebagaimana bencana yang lain seperti badai topan yang memporakporandakan Amerika tempo hari dan Philipina sekarang, longsor, bajir, dll. Sehingga manusia menjadi sadar dan orang-orang yang berbuat maksiat kembali bertaubat, jadi ia adalah pelajaran bagi kaum Mu’minin dan adzab untuk orang yang durhaka. Untuk melihat catatan posisi dan kekuatan gempa bisa lihat di website badan meteorologi klimatologi dan geofisika.
————-
Referensi:
1. Ibnul Qayyim Al Jauzi, Ad-Da’u wa ad-Dawa’ (Penyakit dan Obat) edisi terjemahan dengan Judul Terapi Penyakit Hati Cetakan Ke-5 Feb 2008 penerbit Qisthi Press Hal69-70:
2. Taisiru al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 2. Edisi terjemahan dengan judul Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2, Cetakan Kesembilan Juli 2006M hal506-508.
3. Abu Fatiah Al-Adnani, Fitnah & Petaka Akhir Zaman, hal-73-74, Penerbit Granada Mediatama Cetakan I Januari 2007 edisi revisi.
4. Amin Muhammad Jamaluddin, Umur Ummat Islam, Kedatangan Imam Mahdi & Munculnya Dajjal, Hal: 233-234, Penerbit Cendikia, Cetekan ke-16 Desember 2007
5. M. Nashiruddin Al-Albani, Ahkaamul Janaa’iz wa Bid’ihaa, Terjemahan Tuntunan Lengkap Mengurus Jenazah, hal: 55-56, GIP Cetakan Ketujuh, Mei 2007
7. KH. Prof. Didin Hafiduddin, Khutbah Jumat Masjid Raya Pondok Indah, 2 October 2009.
——————-
Berikut ini nasihat dari Syaikh bin Baz copy-paste dari http://www.mail-archive.com/jamaah@arroyyan.com/msg05799.html
NASEHAT DALAM MENGHADAPI MUSIBAH ; GEMPA BUMI, BANJIR,, LONGSOR DAN BENCANA ALAM LAINNYA
Oleh
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Sesungguhnya Allah Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui terhadap semua
yang dilaksanakan dan ditetapkan. Sebagaimana juga Allah Maha
Bijaksana dan Maha Mengetahui terhadap semua syari’at dan semua yang
diperintahkan. Allah menciptakan tanda-tanda apa saja yang
dikehendakiNya, dan menetapkannya untuk menakut-nakuti hambaNya.
Mengingatkan terhadap kewajiban mereka, yang merupakan hak Allah Azza
wa Jalla. Mengingatkan mereka dari perbuatan syirik dan melanggar
perintah serta melakukan yang dilarang.
Sebagaimana firman Allah.
“Artinya : Dan tidaklah Kami memberi tanda-tanda itu melainkan untuk
menakut-nakuti” [Al-Israa : 59]
FirmanNya
“Artinya : Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda
(kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri,
sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu benar. Dan apakah
Rabb-mu tidak cukup (bagi kamu), bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan
segala sesuatu” [Fushilat : 53]
Allah Aza wa Jalla berfirman.
“Artinya : Katakanlah (Wahai Muhammad) : “Dia (Allah) Maha Berkuasa
untuk mengirimkan adzab kepada kalian, dari atas kalian atau dari
bawah kaki kalian, atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan
(yang saling bertentangan), dan merasakan kepada sebagian kalian
keganasan sebahagian yang lain” [Al-An'am : 65]
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam Shahih-nya dari Jabir bin
Abdullah Radhiallahu ‘anhu , dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam,dia (Jabir) berkata : “sifat firman Allah Azza wa Jalla ” Qul
huwal al-qaadiru ‘alaa an yab’atsa ‘alaikum ‘adzaaban min fawuqikum”
turun, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a : “Aku
berlindung dengan wajahMu”, lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
melanjutkan (membaca) ” Awu min tajti arjulikum”, Rasulullah berdo’a
lagi, “Aku berlindung dengan wajahMu” [1]
Diriwayatkan oleh Abu Syaikh Al-Ashbahani dari Mujtahid tentang tafsir
ayat ini : “Qul huwal al-qaadiru ‘alaa an yab’atsa ‘alaikum ‘adzaaban
min fawuqikum”. Beliau mengatakan, yaitu halilintar, hujan batu dan
angin topan. “” Awu min tajti arjulikum”, gempa dan tanah longsor.
Jelaslah, bahwa musibah-musibah yang terjadi pada masa-masa ini di
beberapa tempat termasuk ayat-ayat (tanda-tanda) kekuasaan yang
digunakan untuk menakut-nakuti para hambaNya. Semua yang terjadi di
alam ini, (yakni) berupa gempa, longsor, banjir dan peritiwa lain yang
menimbulkan bahaya bagi para hamba serta menimbulkan berbagai macam
penderitaan, disebabkan oleh perbuatan syirik dan maksiat. Sebagaimana
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
“Artinya : Dan musibah apa saja yang menimpa kalian, maka disebabkan
oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah mema’afkan sebagian
besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” [Asy-Syuura : 30]
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Artinya : Nikmat apapun yang kamu terima, maka itu dari Allah, dan
bencana apa saja yang menimpamu, maka itu karena (kesalahan) dirimu
sendiri” [An-Nisaa : 79]
Tentang umat-umat terdahulu, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Artinya : Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan
dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan
batu krikil, dan diantara mereka ada yang ditimpa suara keras yang
mengguntur (halilintar), dan diantara mereka ada yang Kami benamkan ke
dalam bumi, dan di antara mereka ada yang kami tenggelamkan, dan Allah
sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang
menganiaya diri mereka sendiri” [Al-Ankabut : 40]
Maka wajib bagi setiap kaum Muslimin yang mukallaf dan yang lainnya,
agar bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla, konsisten diatas diin
(agama)Nya, serta waspada terhadap semua yang dilarang, yaitu berupa
perbuatan syirik dan maksiat. Sehingga, mereka selamat dari seluruh
bahaya di dunia dan akhirat, serta Allah menolak semua adzab dari
mereka, dan menganugrahkan kepada mereka segala jenis kebaikan.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Artinya : Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,
pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa
mereka disebabkan perbuatannya” [Al-A'raaf : 96]
Allah Azza wa Jalla berfirman tentang Ahli Kitab.
“Artinya : Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum)
Taurat, Injil dan (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada mereka dari Rabb-
nya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari
bawah kaki mereka” [Al-Maidah : 66]
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Artinya : Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari
kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka
sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari
kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggahan
naik ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari
adzab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari
adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi” [Al-A'raaf : 97-99]
Al-Alamah Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan : “Pada sebagian waktu,
Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan ijin kepada bumi untuk bernafas,
lalu terjadilah gempa yang dahsyat. Dari peristiwa itu, lalu timbul
rasa takut pada diri hamba-hamba Allah, taubat dan berhenti dari
perbatan maksiat, tunduk kepada Allah dan penyesalan. Sebagaimana
perkataan ulama Salaf, pasca gempa. “Sesungguhnya Rabb kalian mencela
kalian”, Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu, pasca gemba di Madinah
menyampaikan khutbah dan nasihat ; beliau Radhiyallahu ‘anhu
mengatakan, “Jika terjadi gempa lagi, saya tidak akan mengijinkan
kalian tinggal di Madinah”. Selesai perkataan Ibnul Qayyim
rahimahullah-.
Atsar-atsar dari Salaf tentang hal ini sangat banyak. Maka saat
terjadi gempa atau peristiwa lain, seperti gerhana, angin ribut atau
banjir, wajib segera bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla, merendahkan
diri kepadaNya dan memohon afiyah kepadaNya, memperbanyak dzikir dan
istighfar. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
ketika terjadi gerhana.
“Artinya : Jika kalian melihat hal itu, maka segeralah berdzikir
kepada Allah Azza wa Jalla, berdo’a dan beristighfar kepadaNya” [2]
Disunnahkan juga menyayangi fakir miskin dan bershadaqah kepada
mereka. Berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Artinya : Kasihanilah, niscaya kalian akan dikasihani” [3]
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Artinya : orang yang menebar kasih sayang akan disayang oleh Dzat
Yang Maha Penyayang. Kasihinilah yang di muka bumi, kalian pasti akan
dikasihani oleh (Allah) yang di atas langit” [4]
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Artinya : Orang yang tidak memiliki kasih sayang, pasti tidak akan
disayang” [5]
Diriwayatkan dari Umar bin Abdul Aziz rahimahulah, bahwa saat terjadi
gempa, dia menulis surat kepada pemerintah daerah agar bershadaqah.
Diantara faktor terselamatkan dari segala keburukan, yaitu pemerintah
segera memegang kendali rakyat dan mengharuskan agar konsisten dengan
al-haq, menerapkan hukum Allah Azza wa Jalla, di tengah-tengah mereka,
memerintahkan kepada yang ma’ruf serta mencegah kemungkaran.
Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla.
“Artinya : Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,
sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka
menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar,
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta’at kepada Allah dan
RasulNya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijakasana” [At-Taubah : 71]
Allah berfirman.
“Artinya : Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong
(agama)Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa,
(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka
bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh
berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar ; dan
kepada Allah-lah kembali segala urusan” [Al-Hajj : 40-41]
Allah Azza wa Jalla berfirman.
“Artinya : Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan
mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rizki dari arah yang
tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada
Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya” [Ath-Thalaaq :
2-3]
Ayat-ayat tentang ini sangat banyak.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Barangsiapa menolong saudaranya, maka Allah Azza wa Jalla
akan menolongnya” [Muttafaq 'Alaih] [6]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Barangsiapa yang membebaskan satu kesusahan seorang mukmin
dari kesusahan-kesusahan dunia, maka Allah Azza wa Jalla akan
melepaskannya dari satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan
akhirat. Barangsiapa memberikan kemudahan kepada orang yang kesulitan,
maka Allah akan memudahkan dia di dunia dan akhirat. Barangsiapa yang
menutup aib seorang muslim, maka Allah Azza wa Jalla akan menutupi
aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah Azza wa Jalla akan selalu
menolong seorang hamba selama hamba itu menolong
saudaranya” [Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih-nya] [7]
Hadits-hadits yang semakna ini banyak.
Hanya kepada Allah kita memohon agar memperbaiki kondisi kaum Musimin,
memberikan pemahaman agama dan menganugrahkan kekuatan untuk
istiqomah, segera bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla dari semua
perbuatan dosa. Semoga Allah memerbaiki kondisi para penguasa kaum
Muslimin, semoga Allah menolong al-haq melalui mereka serta
menghinakan kebathilan, membimbing mereka untuk menerapkan syari’at
Allah Azza wa Jalla atas para hamba. Dan semoga Allah melindungi
mereka dan seluruh kaum Muslimin dari fitnah dan jebakan setan yang
menyesatkan. Sesungguhnya Allah Maha Berkuasa untuk hal itu.
[Majmu Fatawa wa Maqaalaat Mutanawwi'ah IX/148-152]
[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 04/Th X/1427/2006M.Penerbit
Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton
Gondangrejo Solo 57183. Judul diatas disesuaikan oleh admin almanhaj]
_________
Foote Note
[1]. Dikeluarkan Imam Al-bukhari dalam kitab Tafsir Al-Qur’anil Azhim,
no. 4262, dan diriwayatkan Imam Tirmidi no. 2991
[2]. Diriwayatkan Imam Bukhari di dalam Al-Jum’ah,no. 999 dan Imam
Muslim dalam Al-Kusuf, no. 1518
[3]. Diriwayatkan Imam Ahmad, no. 6255
[4]. Diriwayatkan Imam Tirmidzi di dalam Al-Birr wash Shilah, no. 1847
[5]. Diriwayatkan Imam Bukhari di dalam Al-Adab no. 5538, dan Imam
Tirmidzi di dalam Al-Birr wash Shilah,no. 1834
[6]. Diriwayatkan Imam Bukhari dalam Al-Mazhalim wa Ghasab, no. 2262
dan Muslim dalam Al-Birr wash Shilah wal Adab, no. 4677
[7]. Diriwayatkan Imam Muslim, no. 4867 dan Imam Tirmidzi dalam Al-
Birr wash Shilah, no. 1853
—————–
Berikut saya dapatkan dari sebuah milis:
Catatan Akhir Pekan [CAP] Adian Husaini adalah hasil kerjasama antara Radio Dakta FM dan situs www.hidayatullah.com
Source : http://www.hidayatullah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=9361:2009-10-03-13-39-08&catid=3:adian-husaini&Itemid=58
Oleh: Dr. Adian Husaini
Bumi Indonesia, negeri kita, lagi-lagi dihantam gempa. Kali ini, 30 September 2009,
wilayah Sumatra Barat, khususnya kota Padang dan Pariaman menerima
pukulan berat. Bumi digoncang keras dengan gempa berkekuatan 7,6 skala
Richter. Hampir semua gedung bertingkat di Kota Padang runtuh atau
rusak berat. Ratusan orang tertimbun dalam reruntuhan gedung. Ratusan
lainnya tertimbun tanah. Bahkan ada puluhan anak yang sedang belajar di
satu gedung bimbingan belajar tertimbun reruntuhan bangunan.
Mengapa semua ini terjadi? Mengapa peristiwa ini menimpa bumi Minang yang
terkenal dengan semboyan ”Adat bersendi syara’ dan syara’ bersendi
Kitabullah”. Dan Mengapa ini terjadi? Padahal, baru sebulan lalu, pada
awal September 2009, tepat di awal-awal Ramadhan 1430 Hijriah, wilayah
kita lain, Jawa Barat bagian selatan, dihantam gempa serupa. Hanya
saja, karena lokasi pusat gempa yang jauh dari daerah pemukiman, maka
dampaknya tidak sedahsyat gempa di Sumatra kali ini. Namun, waktu itu,
gempa sempat membuat panik warga ibu kota Jakarta. Banyak gedung
bertingkat sudah bergoyang dan penghuninya berhamburan.
Seperti biasa, setiap terjadi gempa, para ilmuwan selalu menjelaskan, bahwa
gempa terjadi karena bergeser atau pecahnya lempengan tertentu di bumi.
Bagi orang sekular, gempa dianggap sebagai peristiwa alam biasa. Tidak
ada hubungannya dengan aspek Ketuhanan. Tapi, sebaliknya, orang mukmin
yakin benar bahwa gempa ini bukan sekedar peristiwa alam biasa.
Hubungan kausalitas tidaklah bersifat pasti, tetapi tergantung kepada
kehendak (Iradah) Allah. Api yang mestinya membakar tubuh Nabi Ibrahim,
bisa kehilangan daya bakarnya, karena kehendak Allah. Biasanya, dalam
berbagai bencana muncul berbagai ”keajaiban” yang di luar jangkauan
manusia.
Allah SWT menjelaskan dalam al-Quran (yang artinya):
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum
Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah. (kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka
cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu
gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri, (yaitu)
orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. dan
barangsiapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) Maka
Sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”
(QS Al-Hadid:22-24)
Sebuah ayat al-Quran juga menjelaskan terjadinya peristiwa semacam gempa bumi di masa lalu, (yang artinya): “Orang-orang
sebelum mereka telah melakukan makar kepada Allah, maka Allah
menghancurkan bangunan-bangunan mereka dari pondasi-pondasinya, dan
Allah menjatuhkan atap-atap (bangunan) dari atas mereka, dan Allah
menurunkan azab dari arah yang tidak mereka perkirakan.” (QS an-Nahl: 26).
Entah rahasia apa yang terkandung dalam Gempa Sumatra kali ini. Setiap
musibah mengandung banyak makna. Akal kita terlalu terbatas untuk
memahami hakekat segala sesuatu dalam kehidupan. Kita tidak mudah
paham, mengapa dalam gempa kali ini, begitu banyak anak-anak yang
tertimbun reruntuhan gedung. Anak-anak itu sedang belajar. Bukan sedang
bermaksiat. Hikmah apa yang terkandung dalam peristiwa semacam ini?
Tidak mudah memahami semua itu, sebagaimana juga Nabi Musa a.s. sangat
sulit memahami berbagai tindakan Chaidir a.s.
Memang, suatu musibah bisa bermakna sebagai hukuman Allah bagi orang-orang yang
berdosa. Musibah juga bisa bermakna ujian bagi orang-orang yang
beriman. Musibah pun bermakna peringatan Allah bagi orang-orang yang
selamat. Kita yang selamat dari musibah, sejatinya sedang diberi
peringatan oleh Allah, agar kita segera ingat kepada Allah, agar segera
melakukan evaluasi dan segera melakukan perbaikan diri.
Biasanya, manusia memang cenderung mendekat kepada Allah ketika berada dalam
bahaya. Kita biasanya berdoa dengan tulus ikhlas ketika pesawat yang
kita tumpangi dalam kondisi yang sangat mengkhawatirkan. Ketika itu
kita berjanji, berdoa dengan tulus, bahwa kalau kita selamat, maka kita
akan berbuat baik di dunia. Tapi, ketika pesawat mendarat dengan
selamat, maka biasanya manusia kembali melupakan Allah dan sibuk dengan
urusan dunia. Sejumlah ayat al-Quran menggambarkan sifat manusia
kebanyakan semacam itu:
”Dialah (Allah) yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di
lautan; sehingga ketika kamu berada di dalam bahtera, lalu meluncurlah
bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan
angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, maka datanglah angin
badai; dan ketika gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka
yakin bahwa mereka tengah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada
Allah dengan mengikhlaskan keta’atan kepada-Nya semata-mata. (Mereka
berkata): ”Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini,
pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur.”
Maka, tatakala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman
di muka bumi, tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia, sesungguhnya
kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri; (hasil kezalimanmu) hanyalah
kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah kembalimu; lalu Kami
kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS Yunus: 22-23).
Bagi saudara-saudara kita yang terkena musibah, Insyaallah ini adalah ujian
bagi mereka. Jika mereka sabar, maka pahala besarlah bagi mereka. Ujian
adalah bagian dari kehidupan orang mukmin, baik ujian senang maupun
ujian susah. Manusia selalu diuji imannya. Dengan ujian itulah, maka
tampak, siapa yang imannya benar dan siapa yang imannya dusta.
”Apakah manusia menyangka b ahwa mereka akan dibiarkan mengatakan ”Kami
beriman”, sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya Kami telah
menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui
orang-orang yang benar dan sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang
yang dusta.” (QS al-Ankabut: 2-3).
Lihatlah di dunia ini! Ada orang-orang yang diuji oleh Allah dengan segala macam
kekurangan. Ada yang diuji dengan kecacatan, kebodohan, dan kemiskinan.
Ada yang diuji dengan harta melimpah, kecerdasan, dan kecantikan. Ada
yang diuji dengan musibah demi musibah. Semua itu adalah ujian dari
Allah. Hidup di dunia ini adalah menempuh ujian demi ujian. Jika kita
lulus, maka kita akan selamat di akhirat. Karena itu, apa pun hakekat
dari musibah gempa Sumatra kali ini, maka mudah-mudahan ujian itu mampu
mendorong saudara-saudara kita di sana untuk semakin mendekatkan diri
kepada Allah dan semakin aktif berdakwah memberantas segala bentuk
kemunkaran yang mendatangkan kemurkaan Allah. Kita diingatkan, bahwa
manusia mudah lupa. Sampai beberapa hari setelah musibah, biasanya
masjid-masjid masih dipenuhi jamaah. Tapi, setahun berlalu, biasanya
manusia sudah kembali melupakan Allah dan lebih sibuk pada urusan
duniawi.
Bagi yang meninggal dalam musibah, kita doakan, semoga mereka diterima Allah dengan baik;
amal-amalnya diterima, dan dosa-dosanya diampuni. Musibah tidak pandang
bulu. Manusia yang baik dan buruk juga bisa terkena. Allah SWT sudah
mengingatkan, “Dan takutlah kepada fitnah (bencana, penderitaan, ujian)
yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja diantara kamu. Dan
ketahuilah, Allah sangat keras siksanya.” (QS an-Anfal:25).
Kita yang selamat baiknya segera menyadari, bahwa di mana pun kita berada,
kematian akan selalu mengintai. Dalam surat an-Nahl:26, kita
diingatkan, bahwa hukuman Allah ditimpakan kepada umat manusia, karena
melakukan makar kepada Allah. Mereka berani menentang Allah secara
terbuka, secara terang-terangan. Kita tidak perlu ikut-ikutan tindakan
makar kepada Allah yang dilakukan sebagian orang. Misalnya, Allah
jelas-jelas menghalalkan pernikahan dan mengharamkan zina. Tetapi yang
kita saksikan, di negeri kita, ada orang nikah malah masuk penjara dan
para pelaku zina tidak mendapatkan sanksi apa-apa. Bahkan, di negeri
yang harusnya menjunjung tinggi paham Tauhid (Ketuhanan Yang Maha Esa)
ini, sejumlah media massa berani menghujat hukum-hukum Allah secara
terbuka. Padahal, yang berhak menentukan halal dan haram adalah Allah.
Adalah tindakan yang tidak beradab jika maanusia berani merampas hak
Allah tersebut.
Kita menyaksikan, bagaimana sekelompok orang – dengan alasan kebebasan berekspresi (freedom od expression)
– dengan terang-terangan menantang aturan Allah dalam soal pakaian.
Mereka menyerukan kebebasan. Mereka pikir, tubuh mereka adalah milik
mutlak mereka sendiri, sehingga mereka menolak segala aturan tentang
pakaian. Bukankah tindakan itu sama saja dengan menantang Allah: ”Wahai
Allah, jangan coba-coba mengatur-atur tubuhku! Mau aku tutup atau aku
buka, tidak ada urusan dengan Engkau. Ini urusanku sendiri. Ini
tubuh-tubuhku sendiri! Aku yang berhak mengatur. Bukan Engkau!”
Memang, menurut Prof. Naquib al-Attas, ciri utama dari peradaban Barat
adalah ”Manusia dituhankan dan Tuhan dimanusiakan!” ((Man is deified and Deity humanised). Manusia merasa berhak menjadi tuhan dan mengatur dirinya sendiri. Persetan dengan segala aturan Tuhan!
Para ulama sering menyerukan agar tayangan-tayangan di TV yang merusak
akhlak dihentikan. Banyak laki-laki yang berpakaian dan berperilaku
seperti wanita. Padahal itu jelas-jelas dilaknat oleh Rasulullah saw.
Tapi, peringatan Rasulullah saw yang disampaikan para ulama itu
diabaikan, bahkan dilecehkan. Kaum wanita yang tercekoki paham
kesetaraan gender didorong untuk semakin berani menentang suami,
menolak kepemimpinan laki-laki dalam rumah tangga, dan menganggap
wanita sama sederajat dengan laki-laki. Bahkan, di zaman seperti
sekarang ini, ada sejumlah dosen agama yang secara terang-terangan
berani menghalalkan perkawinan sesama jenis. Manusia seperti ini bahkan
dihormati, diangkat sebagai cendekiawan, disanjung-sanjung, diundang
seminar ke sana kemari, diberi kesempatan menjadi dosen agama. Jika
manusia telah durhaka secara terbuka kepada Allah, maka Sang Pencipta
tentu mempunyai kebijakan sendiri. Rasulullah SAW bersabda: “Apabila
perzinaan dan riba telah melanda suatu negeri, maka penduduk negeri itu
telah menghalalkan turunnya azab Allah atas mereka sendiri”. (HR
Thabrani dan Al Hakim).
Dalam soal homoseksual, Allah sudah memperingatkan:
“Dan (ingatlah) ketika Luth berkata pepada kaumnya: “Sesungguhnya kamu
benar-benar mengerjakan perbuatan yang Amat keji yang belum pernah
dikerjakan oleh seorangpun dari umat-umat sebelum kamu”. (QS al-Ankabut:28).
Rasulullah saw juga memperingatkan:
“Barangsiapa yang kalian dapati sedang melakukan perbuatan kaum Luth (homoseksual) maka bunuhlah pelaku dan pasangannya.” (HR Ahmad).
Pada setiap zaman, manusia selalu terbelah sikapnya dalam menyikapi
kebenaran. Ada yang menjadi pendukung kebenaran dan ada pendukung
kebatilan. Yang ironis, di era kebebasan sekarang ini, ada orang-orang
yang sebenarnya tidak memahami persoalan dengan baik, ikut-ikutan
bicara. Pada 29 September 2009 lalu, dalam perjalanan kembali ke
Jakarta, di tengah malam, saya mendengarkan pro-kontra masyarakat
tentang rencana kedatangan seorang artis porno dari Jepang ke
Indonesia. Si artis itu kabarnya akan main film di Indonesia. Yang
ajaib, banyak sekali pendengar radio tersebut yang menyatakan
dukungannya terhadap kedatangan artis porno tersebut. Kata mereka tidak
ada alasan untuk melarangnya, karena dia bukaan teroris. Suara MUI yang
keberatan dengan rencana kedatangan artis tersebut, menjadi bahan
ejekan. Sungguh begitu sukses setan dalam menipu manusia, sehingga
perbuatan-perbuatan bejat dipandang indah; sebaliknya perbuatan baik
malah dipandang jahat.
”Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada
umat-umat sebelum kamu, tetapi setan menjadikan umat-umat itu memandang
baik perbuatan mereka (yang buruk), maka setan menjadi pemimpin mereka
di hari itu dan bagi mereka azab yang sangat pedih.” (QS an-Nahl: 63).
Mudah-mudahan segala macam musibah yang menimpa kita dan saudara-saudara kita mampu
melecut kita semua untuk sadar diri dan mengenali mana yang baik dan
mana yang buruk. Allah SWT senantiasa membukakan pintu taubat-Nya untuk
kita semua. Dunia ini hanyalah kehidupan yang penuh dengan tipuan dan
ujian. Akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya. Banyak manusia
meratapi bencana fisik, tapi mengabaikan bencana iman berupa meluasnya
kekufuran. Kita wajib menolong saudara-saudara kita yang tertimpa
musibah, semampu kita. Pada saat yang sama, kita berdoa, mudah-mudahan
Allah masih mengasihani kita semua, menunda azab atau hukumannya, dan
memberikan kesempatan kepada kita untuk berbenah dan memperbaiki diri.
Amin. [Depok, 3 Oktober 2009/www.hidayatullah.com]
——————–
Berikut ini penjelasan ilmiah dari sebuah milis:
Dear all,
Saya ada sedikit tulisan tentang gempa yang baru terjadi. Awalnya saya
nulis ada gambarnya tapi gm-net gak bisa attach file jadi saya tulis
versi tulisannya saja. Mohon kalau ada yang salah2 dikritik aja dan
jangan dimarahin :p
Dalam 24 jam dua gempa terjadi di bagian barat pulau Sumatera. Gempa
pertama dengan kekuatan Mw 7.6 terjadi di 25 km arah Barat Laut (SW)
dari Kota Pariaman pada tanggal 30 September 2009. Gempa kedua dengan
kekuatan Mw 6.6 terjadi di daerah Mukomuko atau sekitar 160 km arah NNW
dari kota Bengkulu.
Dalam tulisan ini saya akan coba menjelaskan mekanisme kedua gempa ini
dan membahas hasil perhitungan getaran dari kedua gempa tersebut.
* *
*GEMPA PADANG 30 SEPTEMBER 2009*
*Mekanisme Gempa*
Gempa pertama yang terjadi pada tanggal 30 September 2009 dengan
kekuatan Mw 7.6 diberi nama gempa Padang.
Gempa ini dihasilkan dari proses penunjaman lempeng Indo-Australia
dengan lempeng Sunda. Lempeng Indo-Australia bergerak kearah timur laut
dengan kecepatan relatif terhadap lempeng Sunda sebesar 57 mm/tahun pada
arah oblique.
Pusat gempa berada di posisi 0.789 ° LS dan 99.961 ° BT di kedalaman 80
km. Fokal mekanisme menunjukkan gempa ini memiliki mekanisme sesar naik
dengan sudut kemiringan bidang gempa (dip) sebesar 52 derajat. Dari
lokasi, kedalaman dan sudut dip dari gempa, diperkirakan gempa terjadi
di lempeng oseanic Indo-Australia yang menunjam di bawah lempeng Sunda.
Bidang gempa atau fault yang bergerak untuk gempa ini di perkirakan
memiliki ukuran sekitar 40 km x 100 km yang bergerak sebesar kurang
lebih 1.5 meter selama gempa berlangsung.
*Peta Goncangan Gempa*
Gempa Padang dilaporkan meruntuhkan banyak bangunan di kota Padang dan
sekitarnya karena kekuatan getarannya yang cukup tinggi. Dampak dari
gempa ini juga dilaporkan cukup luas yaitu scala VI di Bukit Tinggi,
IV-V di Pekan Baru, III di Kuala Lumpur dan Singapore. Untuk deskripsi
lengkap mengenai skala MMI silahkan liat MMI scale
.
Berdasarkan perhitungan intensitas gempa, goncangan di kota Pariaman dan
Padang mencapai skala Instrumental Intensity VI-VIII. Daerah dengan
Intensity diatas V mencakup wilayah yang sangat luas denganradius hampir
200 km. Untuk deskripsi lengkap mengenai skala Instrumental Intensity
silahkan liat Instrumental Intensity
.
*Tsunami Tidak Terjadi*
Gempa Padang berpusat di laut tetapi gempa ini tidak membangkitkan
gelombang tsunami. Hal ini dikarenakan oleh hiposenter gempa yang berada
di kedalaman 80 km terlalu dalam untuk menyebabkan perubahan muka air
yang cukup untuk membangkitkan tsunami. Meskipun demikian, perubahan
kecil muka air yang disebabkan oleh gempa ini telah membangkitkan
gelombang tsunami kecil di daerah sekitar gempa. Stasiun pasang surut di
Teluk Bayur mencatat tsunami kecil ini dengan ketinggian gelombang (dari
puncak ke lembah gelombang) sebesar 60 cm yang tiba kurang lebih 30
menit setelah gempa terjadi.
*GEMPA MUKOMUKO 1 OKTOBER 2009*
*Mekanisme Gempa*
Gempa Mukomuko terjadi pada tanggal 1 Oktober 2009 dengan kekuatan Mw 6.6.
Lempeng Indo-Australia bergerak kearah timur laut dengan kecepatan
relatif terhadap lempeng Sunda sebesar 57 mm/tahun pada arah oblique.
Konsekuensi dari sudut oblique ini adalah terdapatnya sesar raksasa yang
memanjang membelah pulau Sumatera yang dinamakan Sesar Sumatera. Sesar
ini merupakan bagian yang tidak terlepas atau bahkan membentuk susunan
perbukitan yang dikenal sebagai Bukit Barisan.
Pusat gempa berada di posisi 2.497 ° LS dan 101.54 ° BT di kedalaman 15
km berada di dekat Sesar Sumatera. Fokal mekanisme menunjukkan gempa ini
memiliki mekanisme sesar geser (strike-slip) yang bergerak ke arah Barat
Laut (NW) atau sesar bergeser ke arah kanan. Arah dari pergeseran ini
konsisten dengan sistem yang dimiliki oleh Zona Sesar Sumatera.
*Peta Goncangan Gempa*
Gempa Mukomuko dilaporkan memiliki intensitas (MMI) skala V di Bengkulu,
II di Jambi dan Singapore.
Berdasarkan perhitungan intensitas gempa, goncangan dengan skala
Instrumental Intensity diatas V mencakup wilayah yang memiliki radius 30
km. Cakupan wilayah goncangan dari gempa ini jauh lebih kecil dari pada
gempa Padang, hal ini dapat dipahami karena gempa Mukomuko memiliki
momen gempa yang lebih kecil serta pusat gempa yang lebih dangkal (15 km).
Perlu dipahami bahwa ketika membicarakan mengenai skala gempa, yang
digunakan adalah skala logaritmik, dengan kata lain, gempa dengan skala
Mw 7.6 memiliki momen 10 kali lebih besar dibandingkan dengan gempa
dengan skala Mw 6.6.

Salam,
Donati Hulu.